Khazanah kehidupan manusia yang begitu luas
memang memungkinkan menguasai segala pengetahuan. Satu orang menguasai berbagai
ilmu pegetahuan mulai dari yang sederhana sampai ke yang kompleks. Tiap
pengetahuan tentu ada berbagai ciri khas. Hal ini memungkinkan kita mengenali
berbgai pengetahuan yang ada seperti ilmu pengetahuan, seni, dan agama serta
meletakkan mereka pada tempatnya masing-masing yang saling memperkaya kehidupan
kita. Orang dapat mengenal hakikat, sastra, dan budaya menurut katagori
tertentu. Tanpa mengenal kategori atau ciri-ciri tiap pengetahuan dengan benar
maka bukan saja kita dapat memanfaatkan kegunaannya secara maksimal namun
kadang kita bisa terjerumus. Pengetahuan dapat diartikan sebagai segala sesuatu
yang diketahui manusia. Manusia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan yang paling
sempurna dibandingkan makluk lain (hewan dan tumbuhan). Manusia makhluk yang
paling sempurna karena manusia mempunyai akal yang selalu berkembang, sedangkan
hewan mempunyai akal tetapi akalnya tidak berkembang atau disebut dengan
insting.
Pengetahuan (knowledge) adalah sesuatu yang diketahui langsung dari
pengalaman, berdasarkan panca indra, dan diolah oleh akal budi secara spontan.
Pengetahuan masih pada tataran inderawi dan spontanitas, belum ditata melaui
metode yang jelas. Pada intinya, pengetahuan bersifat spontan, subjektif dan
intuitif. Pengetahuan berkaitan erat dengan kebenaran, yaitu kesesuaian antara
pengetahuan yang dimiliki manusia dengan realitas yang ada pada objek. Pengetahuan
juga dapat
diartikan sebagai segala sesuatu yang diketahui manusia. Manusia adalah makhluk
hidup ciptaan Tuhan yang paling sempurna dibandingkan makluk lain (hewan dan
tumbuhan). Manusia makhluk yang paling sempurna karena manusia mempunyai akal
yang selalu berkembang, sedangkan hewan mempunyai akal tetapi akalnya tidak
berkembang atau disebut dengan insting. Namun, kadang-kadang
kebenaran yang ada dalam pengetahuan masih belum tertata rapi, belum teruji
secara metodologis. Orang melihat gunung meletus, itu pengetahuan. Orang
merasakan gempa, lalu lari tunggang langgang ke luar rumah, itu pengetahuan.
Pengetahuan masih sering bercampur dengan insting.
Ilmu (sains) berasal dari bahasa latin scientin yang berarti knowledge.
Ilmu dipahami sebagai proses penyelidikan yang berdisiplin tertentu. Ilmu
bertujuan untuk meramalkan dan memahami gejala-gejala alam. Meramalkan tidak
lain sebuah proses. Meramalkan bisa saja melalui penafsiran. Ilmu sebenarnya
juga sebuah pengetahuan, namun telah melalui proses penataan yang sistematis.
Ilmu telah memiliki metodologi yang andal. Ilmu dan pengetahuan sering kali
dikaitkan, hingga membentuk dunia ilmiah. Gabungan ilmu dan pengetahuan selalu
terjadi di raanah penelitian apapun. Ilmu tanpa pengetahuan tentu sulit terjadi.
Pengetaahuan yang disertai ilmu, jelas akan lebih esensial.
Ilmu
pengetahuan ialah ilmu pengetahuan yang telah
diolah kembali dan disusun secara metodis, sistematis, konsisten, dan koheren.
Inilah ciri-ciri ilmu pengetahuan, yang membedakan dengan pengetahuan biasa.
Agar pengetahuan menjadi ilmu, maka pengetahuan tadi harus dipilih (menjadi
suatu bidang tertentu dari kenyataan) dan disusun secara metodis, sistematis,
serta konsisten. Pengetahuan dan ilmu pengetahuan tentu berkaitan dengan
realitas. Orang yang mempelajari pengetahuan dan ilmu pengetahuan akan
menelususri realitas secara cermat. Hakikat kenyataan atau realiats memang bisa
didekati dari sisi ontologi dengan dua macam sudut padang yaitu kuantitatif dan
kualitatif.
Atas dasar pelacakan realitas, pengetahuan
dan ilmu pengetahuan semakin kaya. Secara sederhana ontologi bisa dirumuskan
sebagai ilmu yang mempelajari realitas atau kenyataan konkret secara kritis.
Realita itu yang menarik perhatian para ilmuan. Tanpa realitas, kita sulit
menyebut di dunia ini ada bermacam-macam air, bunga, angin, jamur, dan
lain-lain. Realitas pula yang hendak menyadarkan manusia hingga tahu, bahwa
ketika orang minum teh, sebenarnya sedang menikmati bunga, air, daun, dan
sebagainya. Biarpun hanya minum teh, sebenarnya manusia tengah berfikir ribuan
orang yang menghasilkan teh itu. Jadi, ontologi akan menguraikan asal-usul
suatu fenomena secara mendasar atas dasar fakta-fakta, data-data, dan metode
yang mantap. Sedangkan epistimologi merupakan persoalan
bagaimana menemukan kebenaran tentang suatu objek materi, melalui berbagai
macam sudut pandang (objek forma), metoda dan sistem. Menurut Suriasumantri
aksiologi adalah teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan
yang diperoleh. Aksiologi meliputi nilai-nilai, parameter bagi apa yang disebut
sebgai kebenaran atau kenyataan itu, sebagaimana kehidupan kita yang
menjelajahi kawasan, seperti kawasan sosial, kawasan fisik materiil, dan
kawasan simbolik yang masing-masing menunjukan aspeknyasendiri-sendiri. Lebih dari
itu, aksiologi juga mennjukan kaidah-kaidah apa yang harus kita perhatikan di
dalam menerapkan ilmu kedalam praksis.
Kemampuan Manusia Mengembangkan Pengetahuan
Sejarah dunia telah menunjukkan
peradaban yang lebih maju menaklukkan peradaban yang lebih terbelakang. Yang
menang selanjutnya bisa saja ditaklukkan oleh peradaban lain lagi yang lebih
maju. Kadang kalanya terjadi pengecualian di mana bangsa barbar mampu
menaklukkan bangsa yang lebih maju seperti pada kasus invasi Mongol pada masa
Genghis Khan. Pada intinya yang kuat bertahan, yang lemah ditaklukkan.
Ilmu pengetahuan, menjadi
perintis yang membuat kemajuan teknologi menjadi lebih pesat dan tak
terbayangkan. Ia melampaui batas-batas praktis ke ranah abstrak yang sulit
dijangkau pikiran. Ilmu pengetahuan sendiri sebenarnya baru berkembang pada dua
milenium terakhir. Namun bisa kita lihat sendiri betapa pesatnya perkembangan
yang terjadi pada dua milenium terakhir ini.
Ilmu pengetahuan pun tidak
berjalan linear. Ia dapat timbul dan tenggelam. Ia hanyut bersama dalam
perkembangan peradaban manusia. Kapal dengan lambung melengkung yang merajai
Mediterania di jaman Yunani kuno hilang ditelan peradaban dan baru ditemukan
kembali pada era eksplorasi pada abad pertengahan.
METODA ILMIAH
Metoda ilmiah merupakan prosedur dalam
mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu (Budimansyah, 2013:42). Tapi, tidak
semua pengetahuan disebut ilmu. Karena syarat-syarat untuk mendapatkan
pengetahuan yang disebut ilmu tercantum dalam metoda ilmiah (scientific
method). Menurut tim rosda dalam kamus filsafat (1995:204) pengertian
scientific method adalah sebuah sistem konseptual empiris, eksperimental,
logicomathematical yang mengelola dan menghubungkan fakta-fakta dalam sebuah
struktur teori dan inferensi. Oleh karena itu, pengetahuan yang akan dihasilkan
diharafkan memiliki karakteristik sebagai pengetahuan ilmiah yang memiliki
sifat rasional dan teruji. Dalam hal ini maka metoda ilmiah merupakan cara
berfikir gabungan antara rasional (deduktif) dan empirik (induktif).
Secara rasional ilmu meyusun pengetahuannya secara konsisten dan kumulatif,
sedangkan secara empirik ilmu memisahkan pengetahuan yang sesuai dengan fakta
dari yang tidak. Secara sederhana maka hal ini berarti bahwa semua teori ilmiah
harus memenuhi dua syarat utama yakni (a) harus konsisten dengan teori-teori
sebelumnya yang memungkinkan tidak terjadinya kontradiksi dalam teori keilmuan
secara keseluruhan, dan (b) harus cocok dengan fakta-fakta empirik, sebab teori
yang bagaimana pun konsistennya jika tidak didukung oleh pengujian empirik
tidak dapat diterima kebenarannya secara ilmiah. Sehubungan dengan komitmen
bahwa logika ilmiah itu merupakan gabungan antara logika deduktif dengan logika
induktif, maka semua penjelasan rasional yang diajukan sebelum teruji
kebenarannya secara empirik hanyalah bersifat sementara. Inilah yang kita kenal
dengan nama hipotesis.
Hipotesis merupakan dugaan atau jawaban sementara terhadap permaslahan yang
sedang kita hadapi. Dalam melakukan penelitian untuk mendapatkan jawaban yang
benar maka seorang ilmuawan seakan-akan melakukan suatu ’interogasi terhadap
alam’.
Alur berpikir yang tercakup dalam metoda ilmiah dapat dijabarkan dalam
beberapa langkah yang mencerminkan tahap-tahap dalam kegiatan ilmiah. Kerangka
berpikir ilmiah yang berintikan proses
logiko-hipotetiko-verifikatif ini pada dasarnya terdiri atas
langkah-langkah sebagai berikut.
- Perumusan masalah,
- Penyusunan kerangka berpikir,
- Perumusan hipotesis,
- Pengujian hipotesis,
5.
Penarikan
kesimpulan,
Ilmu secara kuantitatif dikembangkan oleh komunitas ilmuawan secara
keseluruhan, meskipun secara kualitatif memang diakui adanya beberapa ilmuawan
jenius sebagai peletak landasan baru yang bersifat mendasar bagi perkembangan
ilmu tersebut, seperti misalnya Newton dan Albert Einstein dalam ilmu-ilmu alam
dan Max Weber, Emile Durkheim, dan Talcott Parsons dalam ilmu-ilmu sosial.
Pada hakekatnya pengetahuan ilmiah atau ilmu mempunyai 3 fungsi, yakni menjelaskan, meramalkan, dan mengontrol. Penjelasan keilmuan
memungkinkan kita meramal apa yang
akan terjadi, dan berdasarkan ramalan tersebut kita bisa melakukan upaya untuk mengontrol apakah ramalan itu menjadi
kenyataan atau tidak. Misalnya pengetahuan tentang adanya kaitan antara hutan
gundul dan banjir memungkinkan kita untuk bisa meramalkan apa yang akan terjadi
seandainya hutan-hutan terus ditebagi hingga gundul. Seandainya kita tidak
menginginkan timbulnya banjir sebagaimana diramalkan jika hutan gundul, maka
kita harus melakukan kontrol agar hutan-hutan tidak dibiarkan menjadi gundul,
misalnya dengan menanami kembali hutan yang ditebang itu.
Teori
Posisi teori
dalam disiplin keilmuan amat strategis. Pada hakekatnya tujuan akhir setiap
disiplin keilmuan adalah mengembangkan teori yang bersifat utuh dan konsisten.
Hukum
Hukum pada
hakekatnya merupakan pernyataan yang menyatakan hubungan antara dua variabel
atau lebih dalam suatu hubungan sebab-akibat (kausalitas). Posisi hukum berada
dalam sebuah teori. Pernyataan yang berupa hubungan sebab-akibat atau hubungan
kausalitas Prinsip
Disamping hukum
dalam sebuah teori keilmua juga dikenal ada kategori pernyataan yang disebut prinsip. Prinsip dapat diaritkan sebagai
pernyataan yang berlaku secara umum bagi sekelompok gejala tertentu, yang mampu
menjelaskan kejadian yang terjadi
Postulat
postulat adalah
asumsi dasar yang kebenarannya kita terima tanpa dituntut pembuktiannya. berbeda dengan kebenaran ilmiah yang
harus disahkan melalui suatu proses yang disebut metoda ilmiah, postulat
ditetapkan tanpa melalui prosedur ilmiah melainkan ditetapkan begitu saja.
Asumsi
Asumsi merupakan
kebalikan dari postulat. Bila postulat dalam mengajukan argumentasinya tidak
memerlukan bukti tentang kebenarannya, sedangkan asumsi harus ditetapkan dalam
sebuah argumentasi ilmiah. Agar tidak
memilih cara yang keliru, maka asumsi yang kita pegang kebenarannya harus
dibuktikan.
DAFTAR
PUSTAKA
Endraswara
Swardi, Filsafat Ilmu. PT Buku Seru. Yogyakarta. Cet ke-1. 2012.
http://dorokabuju.blogspot.com/2012/05/hakikat-ilmu-pengetahuan.html
access on Wednesday, November
5th, 2014 at 11.31 WIB
http://www.bimbie.com/mendapatkan-ilmu-pengetahuan.htm access on Wednesday, November
5th, 2014, 14.18 WIB
Suriasumantri,
Jujun S. 1990. Filsafat Ilmu Sebuah
Pengantar Populer, Jakarta: Sinar Harapan.
BOLAVITASPORTS PREDIKSI SKOR TERPERCAYA DAN TERAKURAT
BalasHapusJADWAL SABUNG TERLENGKAP agen adu ayam terbesar sejak 2014
Agen Togel Online Terbaik & Terlengkap !
Tersedia Pasaran Hongkong - Sydney - Singapore
Diskon Potongan 2D = 30% | 3D = 59% | 4D = 66%
Dapatkan Keuntungan Dalam Menebak Angka Hingga Ratusan Juta Setiap Hari..
Yuk Gabung Bersama Bolavita Di Website www. b-o-l-a-v-i-t-a .fun
Untuk Info, Bisa Hubungi Customer Service Kami ( SIAP MELAYANI 24 JAM ) :
BBM: BO-L-A-V-I-T-A
WA: +62-8-1-2-2-2-2-2-9-9-5