PERSPEKTIF
PEDAGOGIK TENTANG EVALUASI PENDIDIKAN
Diajukan Untuk Memenuhi
Salah Satu Tugas Mata Kuliah Landasan
Pedagogik
Dosen Pengampu Mata
Kuliah
Dr. Dharma
Kesuma, M.Pd
Disusun oleh :
Rezki
Firdaus (1407335)
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
SEKOLAH
PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN
INDONESIA
2015
A. Kajian Tentang Makna dan Tujuan Evaluasi Pendidikan
Secara harfiah, kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris
evaluation; dalam bahasa Arab at-Taqdīr; dalam bahasa Indonesia berarti
penilaian. Akar katanya adalah value; dalam bahasa Arab al-QÄ«mah; dalam bahasa
Indonesia berarti nilai. Dengan demikian secara harfiah, evaluasi pendidikan
(educational evaluation = at-taqdīr al-tarbawī) dapat diartikan sebagai:
penilaian dalam (bidang) pendidikan atau penilaian mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan kegiatan pendidikan (Sudijono, 2007, hal. 1). “Penilaian” berarti
menilai sesuatu. Sedangkan menilai itu mengadung arti: mengambil keputusan
terhadap sesuatu dengan mendasarkan diri atau berpegang pada ukuran baik atau
buruk, sehat atau sakit, pandai atau bodoh dan sebagainya. Jadi penilaian itu
sifatnya kualitatif (Sudijono,
2007, hal. 2).
Sedangkan “evaluasi” adalah mencakup dua kegiatan yang telah dikemukakan
terdahulu, yaitu “pengukuran” dan “penilaian”. Evaluasi adalah kegiatan atau
proses untuk menilai sesuatu. Untuk menentukan nilai dari sesuatu yang sedang
dinilai itu, lakukanlah pengukuran, dan wujud dari pengukuran itu adalah
pengujian dan pengujian inilah yang di dalam dunia kependidikan dikenal dengan
istilah tes. Adapun evaluasi adalah bersifat kualitatif. Evaluasi pada dasarnya
adalah merupakan penafsiran atau interpretasi yang sering bersumber pada data
kuantitatif (Sudijono, 2007, hal. 3).
Definisi evaluasi yang dituliskan dalam kamus Oxford
Advanced Learner’s Dictionary of Current English (AS Hornby, 1986) evaluasi
adalah to find out, decide the amount or value yang artinya suatu upaya untuk
menentukan nilai atau jumlah. Kata-kata tersebut menunjukkan bahwa kegiatan
evaluasi harus dilakukan secara hati-hati, bertanggung jawab, menggunakan
strategi, dan dapat dipertanggungjawabkan (Arikunto & Jabar, 2009, hal. 1). Evaluasi adalah
suatu proses penaksiran terhadap kemajuan, pertumbuhan, dan perkembangan
peserta didik untuk tujuan pendidikan. Evaluasi pendidikan Islam adalah suatu
kegiatan untuk menentukan taraf kemajuan suatu aktivitas di dalam pendidikan
Islam. Program evaluasi ini diterapkan dalam rangka mengetahui tingkat
keberhasilan seorang pendidik dalam menyampaikan materi pelajaran, menemukan
kelemahan-kelemahan yang dilakukan, baik berkaitan dengan materi, metode,
fasilitas, dan sebagainya (Mujib &
Mudzakkir, 2008, hal. 211). Dari beberapa
pendapat di atas, Arikunto menyimpulkan bahwa evaluasi adalah kegiatan untuk
mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi
tersebut digunakan untuk menemukan alternatif yang tepat dalam mengambil sebuat
keputusan (Arikunto & Jabar, 2009, hal. 2).
Secara umum, tujuan evaluasi dalam bidang pendidikan ada
dua, yaitu: pertama, untuk menghimpun bahan-bahan keterangan yang akan
dijadikan sebagai bukti mengenai taraf perkembangan atau taraf kemajuan yang
dialami oleh para peserta didik, setelah mereka mengikuti proses pembelajaran
dalam jangka waktu tertentu. Kedua, untuk mengetahui tingkat efektivitas dari
metode-metode pengajaran yang telah dipergunakan dalam proses pembelajaran selama
jangka waktu tertentu (Sudijono, 2007, hal. 16). Adapun yang menjadi
tujuan khusus dari kegiatan evaluasi dalam bidang pendidikan yaitu: pertama,
untuk merangsang kegiatan peserta didik dalam menempuh program pendidikan,
untuk mencari dan menemukan faktor-faktor penyebab keberhasilan dan
ketidakberhasilan peserta didik dalam mengikuti program pendidikan, sehingga
dapat dicari dan ditemukan jalan keluar atau cara-cara perbaikan (Sudijono,
2007, hal. 17).
Tujuan evaluasi hasil belajar adalah untuk mengetahui
kadar pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran, melatih keberanian dan
mengajak peserta didik untuk mengingat kembali materi yang telah diberikan, dan
mengetahui tingkat perubahan perilakunya. Selain itu, program evaluasi
bertujuan mengetahui siapa di antara peserta didik yang cerdas dan yang lemah,
sehingga yang lemah diberi perhatian khusus agar ia dapat mengejar
kekurangannya. Sasaran evaluasi tidak bertujuan mengevaluasi peserta didik
saja, tetapi juga bertujuan mengevaluasi pendidik, yaitu sejauh mana ia
bersungguh-sungguh dalam menjalankan tugasnya untuk mencapai pendidikan Islam (Mujib & Mudzakkir, 2008, hal.
211).
Fungsi evaluasi adalah membantu peserta didik agar ia dapat mengubah atau
mengembangkan tingkah lakunya secara sadar, serta memberikan bantuan kepadanya
cara meraih suatu kepuasan bila berbuat sebagaimana mestinya. Di samping itu,
fungsi evaluasi juga dapat membantu seorang pendidik dalam mempertimbangkan
adequate (cukup memadai) metode pengajaran serta membantu dan mempertimbangkan
administrasinya (Mujib &
Mudzakkir, 2008, hal. 212).
B. Kajian Tentang Materi Esensial Dalam Evaluasi Pendidikan
Evaluasi adalah penilaian tentang suatu aspek yang
dihubungkan dengan situasi aspek lainnya, sehingga diperoleh gambaran
menyeluruh yang ditinjau dari beberapa segi. Sehubungan dengan itu, dalam
pelaksanaan evaluasi harus diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1.
Prinsip kesinambungan (kontinuitas)
Evaluasi tidak hanya dilakukan setahun sekali, atau per
semester, tetapi dilakukan secara terus menerus, mulai dari proses belajar
mengajar sambil memperhatikan keadaan peserta didiknya, hingga peserta didik
tersebut tamat dari lembaga sekolah.
2.
Prinsip menyeluruh (komprehensif)
Prinsif yang melihat semua aspek; meliputi kepribadian,
ketajaman hafalan, pemahaman, ketulusan, kerajinan, sikap kerja sama, tanggung
jawab, dan sebagainya. Bila diperlukan, masing-masing bidang diberikan
penilaian secara khusus, sehingga peserta didik mengetahui kelebihannya
dibanding dengan teman-temannya. Hal ini diasumsikan bahwa tidak semua peserta
didik menguasai beberapa pengetahuan atau keterampilan secara utuh.
3.
Prinsip objektivitas
Dalam mengevaluasi berdasarkan kenyataan yang sebenarnya,
tidak boleh dipengaruhi oleh hal-hal yang bersifat emosional dan irasional.
Allah SWT menitahkan agar seseorang perilaku adil dalam mengevaluasi sesuatu,
jangan karena kebencian menjadikan ketidak okjektifan evaluasi yang dilakukan (Qs
al-maidah ayat 8). Nabi Muhammad SAW bersabda, “andaikan fatimah binti Muhammad
itu mencuri, niscaya aku tidak segan-segan memotong kedua tangannya.” Demikian halnya
dengan umar bin hotob yang mencambuk anaknya karena berbuat zinah. Prinsip ini
dapat diterapkan bila penyelenggara pendidikan sifat-sifat utama, misalnya
sifat sidik (benar atau jujur), ikhlas, amanah, ta’awun, ramah, dan sebagainya.
C. Kajian Tentang Ragam dan Langkah-Langkah Evaluasi Pendidikan
Evaluasi merupakan tahapan penting dalam suatu kegiatan.
Di bawah ini diuraikan secara singkat dua jenis evaluasi, yaitu evaluasi hasil
belajar dan evaluasi program pengajaran (Soetjipto & Kosasi, 2009, hal. 162-164).
1.
Evaluasi Hasil Belajar
Evaluasi hasil belajar merupakan suatu kegiatan yang
dilakukan guna memberikan berbagai informasi secara berkesinambungan dan
menyeluruh tentang proses dan hasil belajar yang telah dicapai siswa.
Tujuan dan fungsi penilaian hasil belajar adalah :
a.
Memberikan umpan balik kepada guru dan siswa dengan
tujuan memperbaiki cara belajar-mengajar, mengadakan perbaikan dan pengayaan
bagi siswa, serta menempatkan siswa pada situasi belajar-mengajar yang lebih
tepat sesuai dengan tingkat kemauan yang dimilikinya.
b.
Memberikan informasi kepada siswa tentang tingkat
keberhasilannya dalam belajar dengan tujuan untuk memperbaiki, mendalami atau
memperluas pembelajarannya.
c.
Menentukan nilai hasil belajar siswa yang antara lain
dibutuhkan untuk pemberian laporan kepada orang tua, penentuan kenaikan kelas,
dan penentuan kelulusan siswa.
2.
Evaluasi Program Pengajaran
Evaluasi program merupakan suatu rangkaian kegiatan yang
dilakukan dengan sengaja untuk melihat tingkat keberhasilan program, serta
faktor-faktor yang mendukung atau menghambat keberhasilan tersebut. Tingkat
keberhasilan program diukur dengan membandingkan hasil dengan target yang
dirumuskan dalam rencana. Hasil perbandingan ini menujukkan tingkat efektivitas
program. Apabila, misalnya, guru menargetkan 5 dari 40 orang siswa dapat
memperoleh nilai 10, dan setelah ulangan hanya ada 2 orang aja yang memperoleh
nilai 10, maka tingkat keberhasilannya hanya 2/5 x 100% yaitu 40%. Disamping
tingkat efektivitasnya, perolehan juga dapat diukur dari tingkat efisiensinya.
Yang dimaksud dengan tingkat efisiensi adalah perbandingan antara hasil dengan
sumber yang dipergunakan. Jika 2 orang siswa yang mendapat nilai 10 itu
memerlukan pelajaran tambahan 4 jam sehari, maka program guru itu dapat
dikatakan kurang efisien jika dibandingkan dengan program guru lain, yang
dengan hasil yang sama, hanya memerlukan tambahan 4 jam seminggu.
Guru perlu
mempelajari evaluasi program karena dua alasan, pertama, evaluasi program
memberikan umpan balik tentang hasil kerjanya, sehingga berdasarkan itu ia
dapat memperbaiki unjuk kerjanya; kedua, evaluasi program merupakan bentuk
pertanggungjawaban guru atas tugas yang dibebankan sekolah dan masyarakat kepadanya.
Sasaran
evaluasi program dapat diidentifikasikan dengan model masukan-proses-keluaran.
Siswa yang mengikuti proses dipandang sebagai bahan mentah (masukan mentah)
yang akan diolah melalui proses pengajaran. Siswa ini memiliki karakteristik
atau kekhususan sendiri-sendiri, yang nantinya banyak memperngaruhi
keberhasilan mereka dalam belajar. Disamping itu, ada masukan lain yang juga
berpengaruh dalam keberhasilan belajar siswa, yaitu masukan instrumental dan
masukan lingkungan. Termasuk masukan instrumental adalah: guru,
materi/kurikulum, metode mengajar, dan sarana pendidikan (alat, bahan dan media
belajar) dan masukan lingkungan adalah antara lain teman bermain, keluarga, dan
kelompok masyarakat lainnya. Siswa yang sudah melampaui proses transformasi,
merupakan keluaran sekolah itu.
Evaluasi
program dilaksanakan melalui beberapa tahapan. Secara garis besar tahapan
tersebut meliputi: tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap monitoring
pelaksanaan program. Berikut ini akan dibahas secara berturut-turut ketiga
tahapan tersebut (Arikunto & Jabar, 2009, hal. 108-126).
a)
Persiapan Evaluasi Program
Persiapan
tersebut antara lain berupa penyusunan evaluasi, penyusunan instrumen evaluasi,
validasi instrumen evaluasi, menentukan jumlah sampel yang diperlukan dalam
kegiatan evaluasi, dan penyamaan persepsi antar evaluator sebelum pengambilan
data.
Penyusunan
evaluasi terkait dengan model evaluasi yang akan diterapkan dalam melakukan
evaluasi program, misalnya model CIPP, model Metfessel and Michael, model
Stake, model Kesenjangan, model Glaser, model Michael Scriven, model Evaluasi
Kelawanan dan model Need Assessment (Arikunto & Jabar,
2009, hal. 40-48). Pemilihan
model evaluasi bergantung pada tujuan evaluasi program yang ingin dicapai dan
kriteria keberhasilan program.
Setelah itu,
evaluator baru dapat menentukan metode pengumpulan data, alat pengumpul data,
sasaran evaluasi program, dan jadwal evaluasi program yang akan dilaksanakan.
Sistematika dan/atau komponen-komponen yang harus ada dalam evaluasi program
secara garis besar sebagai berikut: latar belakang masalah, problematika,
tujuan evaluasi, populasi dan sampel, instrumen, dan sumber data.
Setelah perencanaan
evaluasi tersusun, langkah selanjutnya adalah penyusunan instrumen evaluasi.
Instrumen evaluasi yang disusun selanjutnya adalah penyusunan pengumpulan data
yang dipilih. Apabila pengumpulan data yang dipilih adalah metode wawancara
maka instrumen evaluasi yang harus disusun adalah pedoman wawancara. Apabila
pengumpulan data yang dipilih adalah pengamatan maka instrumen evaluasi yang
harus disusun adalah lembar pengamatan. Apabila pengumpulan data yang dipilih
adalah angket maka instrumen evaluasi yang harus disusun adalah angket. Apabila
pengumpulan data yang dipilih adalah metode dokumentasi maka instrumen evaluasi
yang harus disusun adalah pedoman dokumentasi atau menyusun tabel-tabel untuk
merekam dokumen yang diperlukan. Apabila pengumpulan data yang dipilih adalah
metode tes maka instrumen evaluasi yang harus disusun adalah tes. Langkah-langkah
yang ditempuh dalam menyusun instrumen adalah :
a.
Merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan instrumen yang
akan disusun.
b.
Membuat kisi-kisi yang berisi tentang perincian variabel
dan jenis instrumen yang akan digunakan.
c.
Membuat butir-butir instrumen.
d.
Menyunting instrumen melalui tahapan :
1)
Mengurutkan butir melalui sistematika yang dikehendaki
evaluator untuk mempermudah pengolahan data.
2)
Menuliskan petunjuk pengisian, identitas, dan sebagainya.
3)
Membuat pengantar permohonan pengisian bagi angket yang
diberikan kepada orang lain.
Instrumen yang telah disusun masih perlu divalidasi untuk
mengetahui tingkat validitas dan realibilitasnya. Langkah selanjutnya adalah
menentukan sampel penelitian. Dengan metode populasi, yaitu dengan mengambil
seluruh subjek yang ada menjadi sumber data atau dengan metode sampling, yaitu
dengan hanya mengambil sebagian individu yang ada dalam populasi. Langkah
selanjutnya adalah menyamakan persepsi antar evaluator tentang berbagai hal
sebelum pengambilan data dimulai agar tidak terjadi bias dalam pengambilan
data, sehingga data yang terkumpul representatif, dapat dianalisis, dan
kesimpulan yang diperoleh akurat.
b)
Pelaksanaan Evaluasi Program
Agar kegiatan
pengumpulan data dapat dilakukan dengan baik, berikut ini akan diuraikan
bagaimana mengumpulkan data yang baik menggunakan berbagai alat pengumpul data.
Alat
|
Kapan Dilakukan
|
Keuntungan
|
Kelemahan
|
Tes, kuisioner,
survei, daftar ceklis
|
Dilakukan ketika
membutuhkan data yang banyak secara cepat dan mudah dari orang-orang tanpa
merasa terancam/ tidak nyaman
|
! Bisa dilakukan secara anonim
! Pengolahannya murah
! Mudah membandingkan dan menganalisinya
! Mampu menggali data yang banyak
! Banyak contoh tes, kuisioner, daftar yang sudah ada, tanpa harus repot
membuatnya
|
! Bisa mendapatkan feedback yang tidak saksama
! Respons (tanggapan) bisa menyimpang
! Impersonal
! Dalam survei, perlu keahlian sampling
! Tidak akan mendapatkan cerita sepenuhnya.
|
Wawancara
|
Ketika menghendaki
pemahaman, kesan, atau pengalaman, seseorang atau unit kerjaorganisasi, atau
juga mempelajari secara lebih jauh jawaban tes/kuisioner mereka
|
! Mendapatkan informasi yang penuh dan mendalam
! Membangun hubungan dengan responden/ informan
! Fleksibel
|
! Memakan banyak waktu
! Bisa sulit melakukan analisis dan perbandingan
! Bisa membutuhkan dana yang banyak.
! Pewawancara bisa membiaskan tanggapan mereka
|
Analisis dokumen
dari artifak
|
Ketika menghendaki
kesan bagaimana program berjalan tanpa mengganggu program atau orang-orang
yang terlibat dalam pelaksanaan program
|
! Mendapatkan data yang komprehensif dan sifat-sifat historis
! Tidak menghentikan rutinitas orang-orang dalam melaksanakan aktivitasnya
! Data akan senantiasa siap digali
! Kadang bisa bias
|
! Kadang memakan banyak waktu
! Data mungkin saja tidak lengkap
! Harus jelas apa yang akan dicari
! Bukan alat yang fleksibel untuk menggali data, hanya terbatas apa yang
terdapat pada dokumen atau artifak itu
|
Observasi
|
Untuk mendapatkan
data yang akurat tentang bagaimana program sebenarnya berjalan, khususnya
mengenai proses
|
! Memandang pelaksanaan program sebagaimana adanya
! Bisa beradaptasi dengan kejadian yang sedang berlangsung
|
! Sulit menafsirkan perilaku yang tampak
! Bisa rumit dalam mengkategorisasikan observasi
! Bisa mempengaruhi perilaku para pelaksana program
! Bisa memakan biaya banyak
|
Kelompok fokus
|
Menggali suatu
topik secara mendalam melalui diskusi kelompok. Misalnya reaksi atas
pengalaman atau saran pada program. Atau memahami keluhan.
|
! Alat cepat dan terpercaya untuk mendapatkan kesan
! Alat yang paling efisien dalam mendapatkan data dengan waktu yang singkat
! Dapat menangkap inti program
|
! Bisa sulit menganalisis respons
! Perlu fasilitator yang bagus demi keamanan dan kedekatan
! Sulit menjadwal waktu
|
c)
Monitoring Evaluasi Program
Monitoring
pelaksanaan evaluasi berfungsi untuk mengetahui kesesuaian pelaksanaan program
dengan rencana program dan untuk mengetahui seberapa pelaksanaan program yang
sedang berlangsung dapat diharapkan akan menghasilkan perubahan yang
diinginkan. Sasaran monitoring adalah seberapa pelaksanaan program telah
menunjukkan tanda-tanda tercapainya tujuan program, apakah terjadi dampak
tambahan atau lanjutan yang positif meskipun tidak direncanakan? Apakah terjadi
dampak sampingan yang negatif, merugikan, atau mengganggu.
Teknik dan
alat monitoring dapat berupa teknik pengamatan partisipatif teknik wawancara,
teknik pemanfaatan, dan analisis data dokumentasi. Aspek-aspek dalam
perencanaan pemantauan, meliputi (1) perumusan tujuan monitoring, (2) penetapan
sasaran pemantauan, (3) penjabaran data yang dibutuhkan, penjabaran dari
sasaran, (4) penyiapan metode/alat monitoring sesuai dengan sifat objek dan
sumber atau jenis datanya, dan (5) perencanaan analisis data pemantauan dan
pemaknaannya dengan berorientasi pada tujuan monitoring.
Jika kesimpulan penelitian diikuti dengan saran, maka evaluasi program
harus selalu mengarah pada pengambilan keputusan, sehingga harus diakhiri
dengan rekomendasi kepada pengambilan keputusan. Untuk lebih jelasnya,
perhatikan gambar berikut.
Penelitian :
Evaluasi program :
Gambar 1 Perbedaan
langkah akhir dari penelitian dan evaluasi program
Evaluasi program diarahkan pada
perolehan rekomendasi sehingga tujuan evaluasi program tidak boleh terlepas
dari tujuan program yang akan dievaluasi. Keduanya saling terkait karena tujuan
program itu merupakan dasar untuk merumuskan tujuan evaluasi program. Tujuan
evaluasi program harus dirumuskan dengan titik tolak tujuan program yang dievaluasi.
BAGAN TENTANG EVALUASI PENDIDIKAN
D. Kesimpulan
Evaluasi adalah kegiatan sistematis berupa pengumpulan
data yang dilakukan secara terus-menerus dimulai dengan mengamati, mencatat dan
menganalisis suatu program, berangkat dari tujuan program tersebut, guna
memberikan pertimbangan atau rekomendasi tentang kemanfaatan suatu program dan
dilanjutkan atau tidaknya.
Tujuan dari evaluasi pendidikan yaitu untuk mengukur
kemajuan, menunjang penyusunan rencana, dan memperbaiki atau melakukan
penyempurnaan kembali suatu program pendidikan. Terdapat tiga tahapan dalam
evaluasi pendidikan, dimulai dari tahap perencanaan evaluasi, lalu berlanjut ke
tahap pelaksanaan evaluasi dan diakhiri dengan tahap monitoring evaluasi.
Berikut ini adalah gambaran mengenai proses evaluasi.
Evaluasi program :
E. Saran
1.
Kepada
para praktisi pendidikan: sebaikanya mengkaji lebih dalam mengennai evaluasi pendidikan itu sendiri
karena dengan mengetahui hakikat evaluasi, maka akan lebih mengarahkan kita pada
tujuan suatu program. Karena
program yang sukses adalah program yang sejalan dengan tujuannya.
2.
Untuk
pembaca agar mampu lebih
jeli dalam menganalisis makna evaluasi pendidikan
itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S., & Jabar, C. S. (2009). Evaluasi
Program Pendidikan: Pedoman Teoretis Praktis Bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Mujib, A., & Mudzakkir, J. (2008). Ilmu Pendidikan
Islam. Jakarta: Kencana.
Soetjipto, & Kosasi, R. (2009). Profesi Keguruan.
Jakarta: Rineka Cipta.
Sudijono, A. (2007). Pengantar Evaluasi Pendidikan.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Terima kasih atas materinya. Evaluasi merupakan salah satu proses yang sangat penting dalam pendidikan.
BalasHapus