Selasa, 05 Januari 2016


PERSPEKTIF PEDAGOGIK TENTANG EVALUASI PENDIDIKAN

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Landasan Pedagogik

Dosen Pengampu Mata Kuliah
Dr. Dharma Kesuma, M.Pd

Disusun oleh :
Rezki Firdaus (1407335)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2015



A.            Kajian Tentang Makna dan Tujuan Evaluasi Pendidikan

Secara harfiah, kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation; dalam bahasa Arab at-TaqdÄ«r; dalam bahasa Indonesia berarti penilaian. Akar katanya adalah value; dalam bahasa Arab al-QÄ«mah; dalam bahasa Indonesia berarti nilai. Dengan demikian secara harfiah, evaluasi pendidikan (educational evaluation = at-taqdÄ«r al-tarbawÄ«) dapat diartikan sebagai: penilaian dalam (bidang) pendidikan atau penilaian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan (Sudijono, 2007, hal. 1). “Penilaian” berarti menilai sesuatu. Sedangkan menilai itu mengadung arti: mengambil keputusan terhadap sesuatu dengan mendasarkan diri atau berpegang pada ukuran baik atau buruk, sehat atau sakit, pandai atau bodoh dan sebagainya. Jadi penilaian itu sifatnya kualitatif (Sudijono, 2007, hal. 2). Sedangkan “evaluasi” adalah mencakup dua kegiatan yang telah dikemukakan terdahulu, yaitu “pengukuran” dan “penilaian”. Evaluasi adalah kegiatan atau proses untuk menilai sesuatu. Untuk menentukan nilai dari sesuatu yang sedang dinilai itu, lakukanlah pengukuran, dan wujud dari pengukuran itu adalah pengujian dan pengujian inilah yang di dalam dunia kependidikan dikenal dengan istilah tes. Adapun evaluasi adalah bersifat kualitatif. Evaluasi pada dasarnya adalah merupakan penafsiran atau interpretasi yang sering bersumber pada data kuantitatif (Sudijono, 2007, hal. 3).
Definisi evaluasi yang dituliskan dalam kamus Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English (AS Hornby, 1986) evaluasi adalah to find out, decide the amount or value yang artinya suatu upaya untuk menentukan nilai atau jumlah. Kata-kata tersebut menunjukkan bahwa kegiatan evaluasi harus dilakukan secara hati-hati, bertanggung jawab, menggunakan strategi, dan dapat dipertanggungjawabkan (Arikunto & Jabar, 2009, hal. 1). Evaluasi adalah suatu proses penaksiran terhadap kemajuan, pertumbuhan, dan perkembangan peserta didik untuk tujuan pendidikan. Evaluasi pendidikan Islam adalah suatu kegiatan untuk menentukan taraf kemajuan suatu aktivitas di dalam pendidikan Islam. Program evaluasi ini diterapkan dalam rangka mengetahui tingkat keberhasilan seorang pendidik dalam menyampaikan materi pelajaran, menemukan kelemahan-kelemahan yang dilakukan, baik berkaitan dengan materi, metode, fasilitas, dan sebagainya (Mujib & Mudzakkir, 2008, hal. 211). Dari beberapa pendapat di atas, Arikunto menyimpulkan bahwa evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menemukan alternatif yang tepat dalam mengambil sebuat keputusan (Arikunto & Jabar, 2009, hal. 2).
Secara umum, tujuan evaluasi dalam bidang pendidikan ada dua, yaitu: pertama, untuk menghimpun bahan-bahan keterangan yang akan dijadikan sebagai bukti mengenai taraf perkembangan atau taraf kemajuan yang dialami oleh para peserta didik, setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu. Kedua, untuk mengetahui tingkat efektivitas dari metode-metode pengajaran yang telah dipergunakan dalam proses pembelajaran selama jangka waktu tertentu (Sudijono, 2007, hal. 16). Adapun yang menjadi tujuan khusus dari kegiatan evaluasi dalam bidang pendidikan yaitu: pertama, untuk merangsang kegiatan peserta didik dalam menempuh program pendidikan, untuk mencari dan menemukan faktor-faktor penyebab keberhasilan dan ketidakberhasilan peserta didik dalam mengikuti program pendidikan, sehingga dapat dicari dan ditemukan jalan keluar atau cara-cara perbaikan (Sudijono, 2007, hal. 17).
Tujuan evaluasi hasil belajar adalah untuk mengetahui kadar pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran, melatih keberanian dan mengajak peserta didik untuk mengingat kembali materi yang telah diberikan, dan mengetahui tingkat perubahan perilakunya. Selain itu, program evaluasi bertujuan mengetahui siapa di antara peserta didik yang cerdas dan yang lemah, sehingga yang lemah diberi perhatian khusus agar ia dapat mengejar kekurangannya. Sasaran evaluasi tidak bertujuan mengevaluasi peserta didik saja, tetapi juga bertujuan mengevaluasi pendidik, yaitu sejauh mana ia bersungguh-sungguh dalam menjalankan tugasnya untuk mencapai pendidikan Islam (Mujib & Mudzakkir, 2008, hal. 211). Fungsi evaluasi adalah membantu peserta didik agar ia dapat mengubah atau mengembangkan tingkah lakunya secara sadar, serta memberikan bantuan kepadanya cara meraih suatu kepuasan bila berbuat sebagaimana mestinya. Di samping itu, fungsi evaluasi juga dapat membantu seorang pendidik dalam mempertimbangkan adequate (cukup memadai) metode pengajaran serta membantu dan mempertimbangkan administrasinya (Mujib & Mudzakkir, 2008, hal. 212).

B.             Kajian Tentang Materi Esensial Dalam Evaluasi Pendidikan

Evaluasi adalah penilaian tentang suatu aspek yang dihubungkan dengan situasi aspek lainnya, sehingga diperoleh gambaran menyeluruh yang ditinjau dari beberapa segi. Sehubungan dengan itu, dalam pelaksanaan evaluasi harus diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1.              Prinsip kesinambungan (kontinuitas)
Evaluasi tidak hanya dilakukan setahun sekali, atau per semester, tetapi dilakukan secara terus menerus, mulai dari proses belajar mengajar sambil memperhatikan keadaan peserta didiknya, hingga peserta didik tersebut tamat dari lembaga sekolah.
2.              Prinsip menyeluruh (komprehensif)
Prinsif yang melihat semua aspek; meliputi kepribadian, ketajaman hafalan, pemahaman, ketulusan, kerajinan, sikap kerja sama, tanggung jawab, dan sebagainya. Bila diperlukan, masing-masing bidang diberikan penilaian secara khusus, sehingga peserta didik mengetahui kelebihannya dibanding dengan teman-temannya. Hal ini diasumsikan bahwa tidak semua peserta didik menguasai beberapa pengetahuan atau keterampilan secara utuh.
3.              Prinsip objektivitas
Dalam mengevaluasi berdasarkan kenyataan yang sebenarnya, tidak boleh dipengaruhi oleh hal-hal yang bersifat emosional dan irasional. Allah SWT menitahkan agar seseorang perilaku adil dalam mengevaluasi sesuatu, jangan karena kebencian menjadikan ketidak okjektifan evaluasi yang dilakukan (Qs al-maidah ayat 8). Nabi Muhammad SAW bersabda, “andaikan fatimah binti Muhammad itu mencuri, niscaya aku tidak segan-segan memotong kedua tangannya.” Demikian halnya dengan umar bin hotob yang mencambuk anaknya karena berbuat zinah. Prinsip ini dapat diterapkan bila penyelenggara pendidikan sifat-sifat utama, misalnya sifat sidik (benar atau jujur), ikhlas, amanah, ta’awun, ramah, dan sebagainya.

C.            Kajian Tentang Ragam dan Langkah-Langkah Evaluasi Pendidikan

Evaluasi merupakan tahapan penting dalam suatu kegiatan. Di bawah ini diuraikan secara singkat dua jenis evaluasi, yaitu evaluasi hasil belajar dan evaluasi program pengajaran (Soetjipto & Kosasi, 2009, hal. 162-164).
1.              Evaluasi Hasil Belajar
Evaluasi hasil belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan guna memberikan berbagai informasi secara berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan hasil belajar yang telah dicapai siswa.
Tujuan dan fungsi penilaian hasil belajar adalah :
a.     Memberikan umpan balik kepada guru dan siswa dengan tujuan memperbaiki cara belajar-mengajar, mengadakan perbaikan dan pengayaan bagi siswa, serta menempatkan siswa pada situasi belajar-mengajar yang lebih tepat sesuai dengan tingkat kemauan yang dimilikinya.
b.    Memberikan informasi kepada siswa tentang tingkat keberhasilannya dalam belajar dengan tujuan untuk memperbaiki, mendalami atau memperluas pembelajarannya.
c.     Menentukan nilai hasil belajar siswa yang antara lain dibutuhkan untuk pemberian laporan kepada orang tua, penentuan kenaikan kelas, dan penentuan kelulusan siswa.
2.              Evaluasi Program Pengajaran
Evaluasi program merupakan suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan sengaja untuk melihat tingkat keberhasilan program, serta faktor-faktor yang mendukung atau menghambat keberhasilan tersebut. Tingkat keberhasilan program diukur dengan membandingkan hasil dengan target yang dirumuskan dalam rencana. Hasil perbandingan ini menujukkan tingkat efektivitas program. Apabila, misalnya, guru menargetkan 5 dari 40 orang siswa dapat memperoleh nilai 10, dan setelah ulangan hanya ada 2 orang aja yang memperoleh nilai 10, maka tingkat keberhasilannya hanya 2/5 x 100% yaitu 40%. Disamping tingkat efektivitasnya, perolehan juga dapat diukur dari tingkat efisiensinya. Yang dimaksud dengan tingkat efisiensi adalah perbandingan antara hasil dengan sumber yang dipergunakan. Jika 2 orang siswa yang mendapat nilai 10 itu memerlukan pelajaran tambahan 4 jam sehari, maka program guru itu dapat dikatakan kurang efisien jika dibandingkan dengan program guru lain, yang dengan hasil yang sama, hanya memerlukan tambahan 4 jam seminggu.
Guru perlu mempelajari evaluasi program karena dua alasan, pertama, evaluasi program memberikan umpan balik tentang hasil kerjanya, sehingga berdasarkan itu ia dapat memperbaiki unjuk kerjanya; kedua, evaluasi program merupakan bentuk pertanggungjawaban guru atas tugas yang dibebankan sekolah dan masyarakat kepadanya.
Sasaran evaluasi program dapat diidentifikasikan dengan model masukan-proses-keluaran. Siswa yang mengikuti proses dipandang sebagai bahan mentah (masukan mentah) yang akan diolah melalui proses pengajaran. Siswa ini memiliki karakteristik atau kekhususan sendiri-sendiri, yang nantinya banyak memperngaruhi keberhasilan mereka dalam belajar. Disamping itu, ada masukan lain yang juga berpengaruh dalam keberhasilan belajar siswa, yaitu masukan instrumental dan masukan lingkungan. Termasuk masukan instrumental adalah: guru, materi/kurikulum, metode mengajar, dan sarana pendidikan (alat, bahan dan media belajar) dan masukan lingkungan adalah antara lain teman bermain, keluarga, dan kelompok masyarakat lainnya. Siswa yang sudah melampaui proses transformasi, merupakan keluaran sekolah itu.
Evaluasi program dilaksanakan melalui beberapa tahapan. Secara garis besar tahapan tersebut meliputi: tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap monitoring pelaksanaan program. Berikut ini akan dibahas secara berturut-turut ketiga tahapan tersebut (Arikunto & Jabar, 2009, hal. 108-126).
a)              Persiapan Evaluasi Program
Persiapan tersebut antara lain berupa penyusunan evaluasi, penyusunan instrumen evaluasi, validasi instrumen evaluasi, menentukan jumlah sampel yang diperlukan dalam kegiatan evaluasi, dan penyamaan persepsi antar evaluator sebelum pengambilan data.
Penyusunan evaluasi terkait dengan model evaluasi yang akan diterapkan dalam melakukan evaluasi program, misalnya model CIPP, model Metfessel and Michael, model Stake, model Kesenjangan, model Glaser, model Michael Scriven, model Evaluasi Kelawanan dan model Need Assessment (Arikunto & Jabar, 2009, hal. 40-48). Pemilihan model evaluasi bergantung pada tujuan evaluasi program yang ingin dicapai dan kriteria keberhasilan program.
Setelah itu, evaluator baru dapat menentukan metode pengumpulan data, alat pengumpul data, sasaran evaluasi program, dan jadwal evaluasi program yang akan dilaksanakan. Sistematika dan/atau komponen-komponen yang harus ada dalam evaluasi program secara garis besar sebagai berikut: latar belakang masalah, problematika, tujuan evaluasi, populasi dan sampel, instrumen, dan sumber data.
Setelah perencanaan evaluasi tersusun, langkah selanjutnya adalah penyusunan instrumen evaluasi. Instrumen evaluasi yang disusun selanjutnya adalah penyusunan pengumpulan data yang dipilih. Apabila pengumpulan data yang dipilih adalah metode wawancara maka instrumen evaluasi yang harus disusun adalah pedoman wawancara. Apabila pengumpulan data yang dipilih adalah pengamatan maka instrumen evaluasi yang harus disusun adalah lembar pengamatan. Apabila pengumpulan data yang dipilih adalah angket maka instrumen evaluasi yang harus disusun adalah angket. Apabila pengumpulan data yang dipilih adalah metode dokumentasi maka instrumen evaluasi yang harus disusun adalah pedoman dokumentasi atau menyusun tabel-tabel untuk merekam dokumen yang diperlukan. Apabila pengumpulan data yang dipilih adalah metode tes maka instrumen evaluasi yang harus disusun adalah tes. Langkah-langkah yang ditempuh dalam menyusun instrumen adalah :
a.              Merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan instrumen yang akan disusun.
b.              Membuat kisi-kisi yang berisi tentang perincian variabel dan jenis instrumen yang akan digunakan.
c.              Membuat butir-butir instrumen.
d.              Menyunting instrumen melalui tahapan :
1)    Mengurutkan butir melalui sistematika yang dikehendaki evaluator untuk mempermudah pengolahan data.
2)    Menuliskan petunjuk pengisian, identitas, dan sebagainya.
3)    Membuat pengantar permohonan pengisian bagi angket yang diberikan kepada orang lain.
Instrumen yang telah disusun masih perlu divalidasi untuk mengetahui tingkat validitas dan realibilitasnya. Langkah selanjutnya adalah menentukan sampel penelitian. Dengan metode populasi, yaitu dengan mengambil seluruh subjek yang ada menjadi sumber data atau dengan metode sampling, yaitu dengan hanya mengambil sebagian individu yang ada dalam populasi. Langkah selanjutnya adalah menyamakan persepsi antar evaluator tentang berbagai hal sebelum pengambilan data dimulai agar tidak terjadi bias dalam pengambilan data, sehingga data yang terkumpul representatif, dapat dianalisis, dan kesimpulan yang diperoleh akurat.

b)             Pelaksanaan Evaluasi Program
Agar kegiatan pengumpulan data dapat dilakukan dengan baik, berikut ini akan diuraikan bagaimana mengumpulkan data yang baik menggunakan berbagai alat pengumpul data.
Alat
Kapan Dilakukan
Keuntungan
Kelemahan
Tes, kuisioner, survei, daftar ceklis
Dilakukan ketika membutuhkan data yang banyak secara cepat dan mudah dari orang-orang tanpa merasa terancam/ tidak nyaman
! Bisa dilakukan secara anonim
! Pengolahannya murah
! Mudah membandingkan dan menganalisinya
! Mampu menggali data yang banyak
! Banyak contoh tes, kuisioner, daftar yang sudah ada, tanpa harus repot membuatnya
!  Bisa mendapatkan feedback yang tidak saksama
!  Respons (tanggapan) bisa menyimpang
!  Impersonal
!  Dalam survei, perlu keahlian sampling
!  Tidak akan mendapatkan cerita sepenuhnya.
Wawancara
Ketika menghendaki pemahaman, kesan, atau pengalaman, seseorang atau unit kerjaorganisasi, atau juga mempelajari secara lebih jauh jawaban tes/kuisioner mereka
! Mendapatkan informasi yang penuh dan mendalam
! Membangun hubungan dengan responden/ informan
! Fleksibel
!  Memakan banyak waktu
!  Bisa sulit melakukan analisis dan perbandingan
!  Bisa membutuhkan dana yang banyak.
!  Pewawancara bisa membiaskan tanggapan mereka
Analisis dokumen dari artifak
Ketika menghendaki kesan bagaimana program berjalan tanpa mengganggu program atau orang-orang yang terlibat dalam pelaksanaan program
! Mendapatkan data yang komprehensif dan sifat-sifat historis
! Tidak menghentikan rutinitas orang-orang dalam melaksanakan aktivitasnya
! Data akan senantiasa siap digali
! Kadang bisa bias
!  Kadang memakan banyak waktu
!  Data mungkin saja tidak lengkap
!  Harus jelas apa yang akan dicari
!  Bukan alat yang fleksibel untuk menggali data, hanya terbatas apa yang terdapat pada dokumen atau artifak itu
Observasi
Untuk mendapatkan data yang akurat tentang bagaimana program sebenarnya berjalan, khususnya mengenai proses
! Memandang pelaksanaan program sebagaimana adanya
! Bisa beradaptasi dengan kejadian yang sedang berlangsung
!  Sulit menafsirkan perilaku yang tampak
!  Bisa rumit dalam mengkategorisasikan observasi
!  Bisa mempengaruhi perilaku para pelaksana program
!  Bisa memakan biaya banyak
Kelompok fokus
Menggali suatu topik secara mendalam melalui diskusi kelompok. Misalnya reaksi atas pengalaman atau saran pada program. Atau memahami keluhan.
! Alat cepat dan terpercaya untuk mendapatkan kesan
! Alat yang paling efisien dalam mendapatkan data dengan waktu yang singkat
! Dapat menangkap inti program
!  Bisa sulit menganalisis respons
!  Perlu fasilitator yang bagus demi keamanan dan kedekatan
!  Sulit menjadwal waktu
c)              Monitoring Evaluasi Program
Monitoring pelaksanaan evaluasi berfungsi untuk mengetahui kesesuaian pelaksanaan program dengan rencana program dan untuk mengetahui seberapa pelaksanaan program yang sedang berlangsung dapat diharapkan akan menghasilkan perubahan yang diinginkan. Sasaran monitoring adalah seberapa pelaksanaan program telah menunjukkan tanda-tanda tercapainya tujuan program, apakah terjadi dampak tambahan atau lanjutan yang positif meskipun tidak direncanakan? Apakah terjadi dampak sampingan yang negatif, merugikan, atau mengganggu.
Teknik dan alat monitoring dapat berupa teknik pengamatan partisipatif teknik wawancara, teknik pemanfaatan, dan analisis data dokumentasi. Aspek-aspek dalam perencanaan pemantauan, meliputi (1) perumusan tujuan monitoring, (2) penetapan sasaran pemantauan, (3) penjabaran data yang dibutuhkan, penjabaran dari sasaran, (4) penyiapan metode/alat monitoring sesuai dengan sifat objek dan sumber atau jenis datanya, dan (5) perencanaan analisis data pemantauan dan pemaknaannya dengan berorientasi pada tujuan monitoring.
Jika kesimpulan penelitian diikuti dengan saran, maka evaluasi program harus selalu mengarah pada pengambilan keputusan, sehingga harus diakhiri dengan rekomendasi kepada pengambilan keputusan. Untuk lebih jelasnya, perhatikan gambar berikut.
Penelitian                     :
Evaluasi program         :
Gambar 1 Perbedaan langkah akhir dari penelitian dan evaluasi program

Evaluasi program diarahkan pada perolehan rekomendasi sehingga tujuan evaluasi program tidak boleh terlepas dari tujuan program yang akan dievaluasi. Keduanya saling terkait karena tujuan program itu merupakan dasar untuk merumuskan tujuan evaluasi program. Tujuan evaluasi program harus dirumuskan dengan titik tolak tujuan program yang dievaluasi.





BAGAN TENTANG EVALUASI PENDIDIKAN


 




D.            Kesimpulan

Evaluasi adalah kegiatan sistematis berupa pengumpulan data yang dilakukan secara terus-menerus dimulai dengan mengamati, mencatat dan menganalisis suatu program, berangkat dari tujuan program tersebut, guna memberikan pertimbangan atau rekomendasi tentang kemanfaatan suatu program dan dilanjutkan atau tidaknya.
Tujuan dari evaluasi pendidikan yaitu untuk mengukur kemajuan, menunjang penyusunan rencana, dan memperbaiki atau melakukan penyempurnaan kembali suatu program pendidikan. Terdapat tiga tahapan dalam evaluasi pendidikan, dimulai dari tahap perencanaan evaluasi, lalu berlanjut ke tahap pelaksanaan evaluasi dan diakhiri dengan tahap monitoring evaluasi. Berikut ini adalah gambaran mengenai proses evaluasi.
Evaluasi program         :

E.             Saran

1.              Kepada para praktisi pendidikan: sebaikanya mengkaji lebih dalam mengennai evaluasi pendidikan itu sendiri karena dengan mengetahui hakikat evaluasi, maka akan lebih mengarahkan kita pada tujuan suatu program. Karena program yang sukses adalah program yang sejalan dengan tujuannya.
2.              Untuk pembaca agar mampu lebih jeli dalam menganalisis makna evaluasi pendidikan itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

 

Arikunto, S., & Jabar, C. S. (2009). Evaluasi Program Pendidikan: Pedoman Teoretis Praktis Bagi          Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Mujib, A., & Mudzakkir, J. (2008). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana.
Soetjipto, & Kosasi, R. (2009). Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudijono, A. (2007). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

1 komentar:

  1. Terima kasih atas materinya. Evaluasi merupakan salah satu proses yang sangat penting dalam pendidikan.

    BalasHapus